Ruang Untukmu -
Bab 366
Bab 366
Ruang Untukmu
Bab 366
Oleh karena itu, kalau Nyonya Prapanca mengancam akan menghancurkan pasar salam untukmenyelamatkan cucunya, itu sangat bisa dimengeru. Mengingat tekanan sebesar itu, kepolisian hanyabisa melakukan yang terbaik untuk mouvelamathan Elan kecil. Lagi pula, itu adalah tanggung jawabmereka untuk melakukannya. Kalau bukan karena tekanan terus menerus dari atasan mereka, apa
ibu Tasya akan tetap hidup? Apa Tasya akan bisa menghabiskan masa kecilnya bersama seorang ibutanpa harus kehilangan orang yang sangat disayanginya?
Sudah lama Tasya sangat merindukan ibunya dan ibunya itu sosok khayalan seingatnya. Bahkan,wanita itu tidak mengingat ibunya sama sekali karena dia baru berusia satu tahun delapan bulan saatitu.
Saat itu, Tasya belum menyadari apa pun. Hanya ada foto ibunya yang menatapnya dengan lembutdan itu memicu emosi Tasya saat air mata mulai mengalir di wajahnya. Dia merasa patah hati. Diatidak membenci siapa pun, tetapi dia juga tidak mau melihat siapa pun dari Keluarga Prapanca,termasuk Elan.
Wanita itu berpikir satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah memutuskan hubungannya denganKeluarga Prapanca dan tidak pernah melibatkan diri dalam urusan mereka lagi. Hanya dengan begitu,dia bisa mengembalikan keadilan kepada ibunya. Saat itu, terdengar ketukan di pintu dan dia bisamenebak siapa itu. Namun, dia udak mau bangun apalagi membuka pintu.
“Tasya… Ini aku. Apa kamu bisa membuka pintunya?”
liu suara Elan. Ketukan di pintu berhenti sebentar, tetapi ketukannya kembali terdengar. Elansepertinya bertekad menemuinya atau dia tidak akan pergi. Setelah menyeka air matanya danmenenangkan diri, Tasya mandi dan berjalan menuju
pintu. Tatapannya tidak tertuju kepada Elan yang berdiri di luar. Sebaliknya, wanita itu mengucapkandengan acuh tak acuh, “Kamu harus pergi. Aku tidak ingin melihatmu.”
Mendengar itu, Elan kebingungan. Dia tidak tahu apa yang dikatakan Rully kepada wanita itu, tetapi itupasti sesuatu yang sangat menyakitinya.
“Kenapa kamu tidak mau melibatku?” Elan bertanya dengan suara serak.
Mata Tasya langsung memerah saat dia menatap pria itu, berkata, “Aku hanya tidak mau melihatmu.Jangan datang dan temukan aku, dan jangan mencoba menghubungi kami lagi. Kamu dan keluargamulebih baik menjauh dari keluargaku.”
“Tasya…”
Tepat ketika Elan mau mengatakan sesuatu, pintu yang tertutup menanggapinya. Ketika si pria berdiridi luar, Elan dibuat bingung. Perkataan Tasya seperti jarum
yang menusuk jantungnya, membuatnya kesulitan bernapas. Dia bisa merasakan sedikit kebencianterpancar dari mata si wanita. Apa yang Rully katakan padanya? Kenapa dia membuat wanita itumembenci Keluarga Prapanca?
Sebenarnya, bukan itu masalahnya. Tasya tidak membenci Keluarga Prapanca. Dia hanya tidak bisamenerima apa yang dilakukan Keluarga Prapanca saat itu demi menyelamatkan Elan. Kalau KeluargaPrapanca tidak melakukan itu, apa ibunya masih hidup sampai sekarang? Sambil memejamkan mata,Tasya menyadari kalau Elan akan mati di usia enam tahun kalau ibunya masih hidup hari ini.
Saat pikiran itu muncul di benaknya, wanita itu merasa sakit yang mencekiknya di dada. Tasya serakahkarena dia mau Elan dan ibunya tetap hidup. Sebentar lagi, dia akan membawa pulang putranya,menjaga jarak dengan Keluarga Prapanca, dan hidup bahagia bersama putranya tanpa keterlibatanKeluarga Prapanca. Nando bisa mendengar tekad dari suaranya melalui telepon, jadi dia mengirimJodi pulang ke rumahnya sebelum waktu makan malam.
“Mama!” seru Jodi yang turun dari mobil dan berlari ke arah Tasya.
Wanita itu menggendong putranya dan menoleh ke Nando yang baru saja turun dari mobil. Diaberkata, “Terima kasih sudah menjaga Jodi.”
“Ini tanggung jawabku. Apa kamu baik-baik saja?” Nando bertanya dengan iba.
“Aku baik-baik saja.”
Mata tajam Jodi segera menyadari luka di telinganya dan berteriak keras, “Kenapa telinga Mamaterluka, Mama?”
“Mama hanya mendapat tergores sedikit. Jangan khawatir,” kata Tasya meyakinkan putranya sambiltersenyum.
Namun, Nando tahu apa yang sudah si wanita alami. Tatapannya dipenuhi kekhawatiran tatkala diamenatap wanita itu.
“Entah bagaimana, Elan dan aku akan melakukan yang terbaik untuk membantumu.”
“Terima kasih. Kamu harus pergi sekarang!”
Setelah mengatakan itu, Tasya memegang tangan putranya dan pulang. Dalam perjalanan kembali kerumah mereka, mereka melihat dua orang yang tampak agak familier.
“Ma, bukannya mereka pengawal Om Elan?”
Tasya menanggapi dengan membantah sambil berkata, “Bukan. Bukan.”
Meskipun Elan sudah pergi, kedua anak buahnya menjaga di lantai bawah sementara
Tasya membawa Jodi pulang. Si wanita mau mengajukan cuti panjang dan tidak kembali ke kantorsaat ini. Kalau mereka tidak menyetujui permintaannya, dia hanya akan mengundurkan diri.
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report