Ruang Untukmu -
Bab 381
Bab 381
Bab 381
Mendengar permintaan Tasya, Romi hanya bisa menurutnya sambil bertanya-tanya kenapa Tasyatidak mau menunggu hujan reda di kafe. Di saat yang bersamaan, Tasya menatap hujan turun daribalik jendela mobil. Jalanan di depannya yang berkabut karena hujan. Meskipun penyeka kaca mobilterus bergerak, jalanan di depan tetap buram. Dia yakin kalau Elan pasti akan tiba di perusahaanAyahnya sekitar setengah jam lagi. Setelah itu, dia pun mengirim pesan pada Elan. ‘Berpikirlah dengankepala dingin, Elan. Hujan sangat deras. Berbahaya kalau mengendara di cuaca seperti ini.‘
Tapi, Tasya tidak mendapatkan balasan apapun dari Elan. Dia mengkhawatirkan keselamatan Elan,sedangkan jauh di lubuk hatinya, dia juga merutuk dirinya sendiri karena sudah mengkhawatirkan Elan.Kamu gila , ya, Elan? Kenapa kamu tidak istirahat saja?
Beberapa saat kemudian mereka berdua tiba di Perusahaan Konstruksi Merian. Tasya meminta Romiuntuk kembali ke kantor dan menunggu di lobi. Sementara itu, Romi bisa menebak kalau Tasya sedangmenunggu Elan. Tapi dia bertanya-tanya apakah Elan benar-benar akan datang meskipun sedanghujan deras seperti ini. Tapi, dia akan senang kalau sampai terjadi sesuatu pada
Elan di tengah jalan.
Sementara itu, Tasya melihat diluar jendela dengan gugup karena dia tidak melihat ada mobil yangdatang. Tapi lima belas menit kemudian, dia melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam datang. Saatmobil itu semakin dekat, Tasya bisa melihat ternyata itu adalah mobil Rolls-Royce Phantom Elan. Diapun menghela napas lega. Tapi, saat itu dia melihat ada sebuah truk yang parkir di depan lobi dansedang menurunkan muatan. Karenanya, Elan tidak bisa masuk ke depan gedung dan tidak ada jalanlain ke lobi selain berjalan di tengah hujan.
Tasya menatap sekeliling dengan khawatir. Dia mencoba mencari pengemudi truk untuk memindahkantruknya. Tapi dia melihat lampu mobil Elan mati. Lalu, Elan berlari ke gedung tanpa memakai payuna.
Tasya menatapnya dengan gelisah dan bergegas mendekati pintu. Saat mereka bertemu, Elan terlihatsangat bahagia karena Tasya sedang menunggunya dengan penuh rasa khawatir, meskipunpenampilannya saat ini sedang berantakan karena hujan.
“Kenapa kamu kesini? Kamu tahu, kan, sekarang hujan deras?” ujar Tasya.
Tapi, Elan justru tersenyum dan menatapnya dengan lembut. Air hujan menetes dari rambutnya yangbasah. “Meskipun aku membahayakan hidupku, aku akan lakukan apapun demi bertemu denganmu.”
Tasya mengambil beberapa tisu dari tasnya dan menyeka rambut Elan yang basah dan menyekatetesan air di pundaknya. Tiba-una, dia merasakan tangan Elan memeluknya dengan erat.
“Kamu…” ujar Tasya dengan marah sambil menatap Elan.
“Meskipun kamu mengatakan hal kejam padaku, kamu masih tidak mau mengaku kalau kamu pedulipadaku, ya.” Ujar Elan sambil menatapnya.
“Tidak.” ujar Tasya sambil mengalihkan pandangannya.
“Iya, mengaku saja.” Ujar Elan sambil mengecup kening Tasya, tidak peduli meskipun saat itu sedangada banyak orang disana.
Di satu sisi, Romi sedang melihat merika dari balik pilar. Dia menatap laki-laki dan perempuan yangsedang berpelukan di lobi. Dia mengepalkan tangannya, tanpa tahu kalau ada yang sedangmengawasinya dari belakang.
Ternyata Elsa tidak sengaja berpapasan dengan Romi dan dia melihat tatapan cemburu di mata Romisaat dia melihat Elan dan tasya. Elsa pun berjalan mendekati Romi dan menarik tangannya,membuatnya terkejut. Elsa menarik Romi sampai ke dekat tangga.
Elsa hanyabtertawa melihat Romi dan berkata, “Pak Romi, sepertinya kamu cemburu, ya? Tapi, apakamu pikir saudaraku itu akan melirik laki-laki sepertimu? Dia hanya perempuan angkuh yangmengincar laki-laki kaya dan tampan seperti Elan.”
“Apa maksud Anda, Nona Elsa? Saya tidak mengerti.” ujar Romi berusaha menutupi perasaannya.
Tapi, Elsa sudah melihat reaksi Romi tadi. Dia pun berkata, “Kamu melihat betapa mesranyasaudaraku dan Elan tadi, kan? Tapi, kamu dan aku sama-sama tahu kalau kamu tidak akan bisamerebut Tasya dari Elan.”
Mendengar perkataan Elsa, Romi hanya bisa terdiam sambil merasa cemburu. Apalagi, dia tidak
bisa menyangkal kalau Tasya ada rasa pada Elan kalau dilihat dari sikapnya meskipun Tasya tidakmau mengangkat telepon Elan saat di kafe.
Apalagi kalau bukan cinta?
Elsa tiba-tiba mendekati Romi dan menggandeng tangannya, menatapnya dengan genit. “Aku danTasya sama-sama anak dari perempuan dari keluarga Merian. Jadi kenapa kamu tidak mencobaberkencan denganku saja, Pak Romi? Aku bisa jadi pacar yang baik seperti Tasya, kok.”
“Kita tetap profesional saja, Nona Elsa.” sekeuka Romi bergidik mendengarnya.
Tapi, Elsa tidak melepaskan tangan Romi. Justru, dia melingkarkan lengannya di leher Romi dengangenit sambil menyandarkan kepalanya di pundak Romi. “Saudaraku memang tidak bisamenghargaimu, Pak Romi. Tapi aku tidak seperti dia. Bagiku, kamu adalah sosok laki-laki yang
kukagumi dan ku hormati.”
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report