Ruang Untukmu
Bab 883

Bab 883

Ruang Untukmu

Bab 883

Telapak tangan besar Raditya meraih tangan Anita dan wajahnya yang tampan membeku seketika.Apakah dia ada dalam mimpinya?Kenapa dia menyuruhnya melarikan diri? Apa rasa sakitnyadisebabkan oleh dirinya?

Pada saat ini, air mata Anita mulai mengalir sambil terengah-engah dan memohon, “Raditya, tolongjangan mati… Saya tidak bisa membiarkanmu mati…”

Anita hampir menangis dalam mimpinya. Dia menyaksikan pria bertopeng itu menodongkan pistol kearah Raditya, seolah-olah dia akan mengakhiri hidup Raditya kapan saja. Anita berdiri di sana kesakitandan merasa sangat tidak berdaya sehingga dia hanya bisa meminta bantuan dan menangis.

Namun, dia tidak menyadari bahwa di dunia nyata, penampilannya yang tampak sangat menyedihkan itusedang diawasi oleh seorang pria. Dia meraih tangan Raditya dengan sangat erat dan menangis histerisdalam mimpi buruk itu sehingga dia tidak bisa melepaskan diri.

Raditya tidak tega melihat Anita yang dihantui oleh mimpi buruk lagi, jadi dia mengulurkan tangannyayang lain dan menepuk wajahnya. “Anita, bangunlah.”

Ada sedikit kesejukan di punggung tangannya dan itu adalah air mata Anita. Raditya terus menepukwajahnya sampai akhirnya Anita terbangun kesakitan.

Adegan terakhir sebelum dia terbangun adalah adegan berdarah. Dia mendengar suara tembakan, danmeskipun dia tidak berani membuka matanya untuk melihatnya, namun hal itu sangat menakutkanbaginya.

Ketika dia membuka matanya dan melihat pria di samping sofa dengan berlinangan air mata, dia hampirtidak tahu apa saat itu kenyataan atau mimpi. Namun, hal pertama yang dia lakukan adalahmelingkarkan tangannya di leher pria itu dengan sangat erat dan membenamkan seluruh wajahnya didada Raditya.

Dia ingin memastikan bahwa pria itu nyata.

Raditya membeku dan membiarkan Anita memeluknya sebentar. Ketika dia ingat bahwa Anita menangiskarena Raditya dalam mimpi buruk itu, dia mengulurkan tangannya dan menepuk punggung Anita.

“Kamu hanya mimpi buruk,” dia menghibur Anita dengan suara lembut.

Anita telah kembali kembali sadar. Ternyata itu hanya mimpi.

Namun, rasa sakit itu masih belum bisa hilang dalam pikirannya. Dia menutup matanya dan hanyamengusap air matanya di pakaian Raditya.

Raditya melepaskan tangan Anita yang menggantung di lehernya, menundukkan kepalanya, danmencoba mengartikan ekspresi Anita. Anita berbalik dan menutupi wajahnya dengan malu. Setelahmenarik napas dalam-dalam, dia memperingatkan, “Jangan menertawakan saya.”

Bahkan, Raditya sama sekali tidak menganggapnya lucu. Yang ingin dia ketahui hanyalah apakah diaselemah itu dalam mimpi Anita.

“Saya bermimpi bahwa kamu diculik, dan… kepalamu ditembak…” Anita secara sadar menjelaskan apayang terjadi dalam mimpi itu kepadanya.

Bibir tipis Raditya agak tersenyum mendengarnya. Apa Anita sangat mengkhawatirkannya sehingga diamenangis?

Dia bahkan tidak ingin Raditya mati.

Kali ini, dia tiba-tiba merasakan keinginan untuk tertawa, tetapi dia mengerutkan bibirnya yang tipisuntuk menahan tawanya itu.

Anita menatapnya dan menyadari bahwa Raditya sedang menahan tawa. Dia memukul tangan pria itudengan tinjunya karena marah dan memarahi, “Apa kamu punya hati nurani? Saya sudah menangissangat histeris untukmu, tapi kamu malah tertawa?!”

Raditya berhenti tersenyum kali ini dan menatap Anita dengan serius. Dengan suara yang dalam, Diameyakinkan Anita, “Jangan khawatir. Mimpimu itu tidak akan menjadi nyata.”

“Kenapa?” Anita berkedip.

Di mata Raditya, kepercayaan dirinya sangat membara. “Karena saya kuat.”

Anita menatap wajahnya yang tajam dan tegas. Keyakinan di matanya sama sekali tidak salah. Ituadalah keyakinan kuat yang dipancarkan dari kedalaman matanya.

Ketakutan yang tersisa dalam mimpi buruk Anita dengan cepat menghilang setelah melihat tatapanRaditya. Dia percaya bahwa Raditya tidak akan pernah mengubah mimpi buruknya menjadi kenyataan.Dia akan selalu menjadi kuat.

Sekarang dia kelelahan. Mimpi buruk yang berturut-turut itu membuat wajahnya pucat, dan matanyakehilangan kilaunya. Dia masih mengantuk, tapi dia tidak berani untuk kembali tidur.

“Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu?” tanya Anita.

Raditya memberinya tatapan ragu.

“Bisakah

bisakah kamu tinggal di sini bersama saya sebentar saja? Saya mengantuk, tapi saya takut akan mimpiburuk lagi. Jika kamu berada di sisi saya, saya mungkin bisa tidur lebih nyenyak,” Anita mengungkapkanpikiran batinnya.

Raditya melirik dokumen di sebelahnya tanpa dia sadari dan mengangguk, “Baiklah, saya akan tinggal disini dan menyelesaikan pekerjaan saya. Tidurlah!”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report