Ruang Untukmu -
Bab 884
Bab 884
Ruang Untukmu
Bab 884
“Bisakah… bisakah saya tidur di tempat tidurmu? Sofa ini terlalu kecil.” Anita mulai meminta lebihsekarang.
Dia tidak hanya ingin mengambil waktu Raditya, tetapi dia bahkan meminta tempat tidur Raditya.
Anehnya, Raditya tidak menolak permintaannya. Dia mengangkat alisnya dan setuju, “Tentu.”
Anita sangat mengantuk sehingga dia mulai menguap. Setelah bangun, dia merasa pusing dan jatuh kepelukan Raditya. Melihat itu, Raditya segera memeluknya, menyebabkan kepala Anita terbanting ketulang belikatnya. Wajah Anita mengerut kesakitan seketika.
“Kenapa tubuhmu sangat keras?!” Anita bergumam kesal.
Raditya menyeringai ringan dan membantunya bangun. Anita berjalan ke tempat tidur Raditya yangbesar dan rapi yang dipenuhi dengan aura kejantanan. Anita merasa jauh lebih nyaman ketika berbaringdi atas tempat
tidur itu.
Dia kemudian menatap pria yang sedang duduk di sofa. Meskipun dia hanya melihat bagian belakangkepalanya, dia pikir Raditya tetap tampan. Tidak ada pria yang pernah bisa membuatnya tertarik hanyadengan melihat bagian belakang kepalanya.
Setelah meliriknya lagi, dia merasakan kelopak matanya semakin berat, dan segera tertidur lagi.
Raditya mengambil buku yang telah Anita baca sebelumnya dan memperhatikan bahwa Anita telahmelipat tepi salah satu halaman dengan menggemaskan.
Dia kemudian menoleh untuk melihat Anita yang sedang tidur miring. Dia mungkin sangat lelah sehinggadia tertidur setelah beberapa saat.
Raditya mengambil ponselnya, menghubungi Teddy dan memerintahkan dengan suara pelan, “Bawalaptop saya ke kamar.”
Teddy menanggapi dengan singkat dan membawa laptop itu setelah beberapa saat. Tepat ketika diamendorong pintu dan bermaksud untuk masuk, dia melihat Raditya mengangkat jarinya ke bibirnyadalam upaya untuk menyuruhnya tetap diam.
Teddy sedikit bingung sampai dia melihat Anita yang sedang berbaring di tempat tidur Raditya. Tiba-tiba,Teddy mengerti sesuatu. Sambil tersenyum halus, dia masuk ke dalam kamar dan meninggalkan laptopdi atas meja kopi. Setelah itu, dia membungkuk dan bertanya dengan berbisik, “Apa kalian tidur bersamasekarang?”
Raditya memperingatkan, “Jangan bicara omong kosong setelah kamu meninggalkan kamar ini.”
Teddy menutup mulutnya dan tersenyum. Apa Raditya baru saja mengakuinya? Bagaimanapun, diabahagia karena karena keduanya terlihat serasi.
Sementara Raditya melakukan beberapa pekerjaan di sofa, Anita mengganti berbagai posisi tidur ditempat tidur. Dia tidur tengkurap, menyilangkan kaki dan tidur nyenyak.
Ketika hampir pukul enam sore, Anita terbangun dengan perasaan yang telah segar kembali. Diamembuka matanya dan melihat bahwa Raditya masih bekerja di sofa dan tersenyum licik.
Entah bagaimana, Raditya selalu bisa memicu sisi nakal Anita. Dia ingin menggoda Raditya.
Anita menutup matanya dan sengaja berpura-pura mengalami mimpi buruk. Dia bergumam, “Raditya…”
Benar saja, dia mendengar beberapa gerakan gemerisik datang dari arah sofa dan suara langkah kakibergeser ke tempat tidurnya. Sekarang, dia merasa bahwa seorang pria berdiri di samping tempat tidur.
Anita berbaring dan mencoba meraih sesuatu, dan segera sebuah telapak tangan besar memeluknyadengan sangat erat. Anita segera membungkuk, seolah-olah dia tidak merasa aman dan memegangtangan pria itu.
Saat berakting, Anita membuka matanya sedikit. Segera, senyum kemenangan muncul di wajahnya.
Raditya menatapnya dengan mata yang dalam, mengawasi Anita melanjutkan aktingnya. Sejujurnya, diasudah mengetahui bahwa Anita sudah bangun setelah dia melakukan gerakan sebelumnya. Dia tahubahwa Anita hanya ingin menggodanya.
Ketika Anita masih bangga dengan kemampuan aktingnya, Raditya berkata, “Bangunlah jika kamusudah bangun. Berhenti bermain-main.”
Wajah cantik Anita bersemu merah. Karena Raditya sudah melihat tindakan Anita, Anita membukamatanya dan merengek seperti anak kecil. “Kapten Raditya, kaki saya keram. Bisakah kamu menariksaya?”
Raditya menatap gadis malas dan menawan yang ada di tempat tidur itu. Dia bisa sajamengabaikannya, tetapi tanpa sadar, dia mengulurkan tangan Anita untuk memegang pergelangantangannya yang ramping dan menariknya ke atas.
Anita tersenyum bahagia seperti anak kecil, dan matanya yang indah berbinar bahagia. Dia tampakcantik.
Setelah mandi di kamarnya sendiri, Anita mengunjungi kafetaria. Semua orang sudah selesai makansekitar waktu ini. Raditya duduk di meja dengan postur tubuh yang sempurna sementara keempat anakbuahnya duduk di sekelilingnya sambil makan
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report