Ruang Untukmu -
Bab 1007
Bab 1007
Bab 1007
Sejak saat itu, dia secara aktif menghindari Rendra, karena dia takut akan betapa galaknya Rendra.
“D–Dia wakil presiden sekarang?” Raisa tidak percaya bagaimana dia bisa mendapatkan posisi itu diusia yang begitu muda.
Sambil tersenyum, Starla bertanya, “Kenapa? Apa kamu takut padanya?”
Memang, dia sedikit takut padanya. Sekarang dia menjadi seorang wakil presiden, bukankah itu beraitidia akan menjadi semakin mengesankan?Tapi, meskipun saya takut padanya, saya tidak bisamengatakannya dengan lantang. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah dan dia secara teknisbukan pamannya, dia tetap menganggap dan menghormatinya sebagai paman.
Starla, yang menyadari bahwa Raisa melamun langsung menghiburnya, “Kamu tidak perlu takutpadanya. Lagi pula, dia tidak akan melahapmu. Kamu hanya perlu bertemu saat makan malam. Jikakamu membina hubungan yang baik, dia bahkan bisa menjagamu saat kamu bekerja di departemenpenerjemahan.”
Raisa mengangguk malu–malu karena berpikir bahwa dia mungkin tanpa sadar telah
menggunakan nepotisme untuk mendapatkan pekerjaan itu.
“Istirahatlah sekarang! Saya akan meneleponmu saat waktunya makan malam,” kata Starla.
“Baiklah, saya akan tidur siang dulu.” Raisa kembali ke kamarnya. Penerbangan panjang pulang kerumah telah membuatnya sangat lelah sehingga dia tidur sampai malam.
Saat itulah sebuah sedan hitam melaju perlahan ke halaman Kediaman Keluarga Hernandar.
Saat pengawal membuka pintu, sosok yang Jangkung keluar dari dalam mobil dan memancarkan aurayang sangat mendominasi.
Kepala pelayan yang sedang memangkas pohon ingin segera menuruni tangga untuk menyambutnya,namun karena tergesa–gesa, tangga tersebut miring ke satu sisi dan jatuh ke
arah Rendra.
Untungnya, pengawal Rendra menstabilkan tangga tepat waktu sebelum dengan marah, mengatakan,“Kamu hampir menabrak wakil presiden.”
“Saya minta maaf, Tuan. Saya hanya ingin turun dan menyapa Anda.” Kepala pelayan itu terkejut karenadia hanya ingin memberi hormat.
“Tidak apa–apa. Berhati–hatilah.” Pria itu bersuara tenang tanpa ada tanda–tanda kemarahan.
Hal ini membuat kepala pelayan itu semakin merasa bersalah. Sifat wakil presiden itu benar- benarsangat sopan.
Sementara itu, Starla sedang membersihkan sayuran dengan para pelayan di dapur, karena dia inginmemasak makanan kesukaan Raisa malam ini. Dengan kesukaannya yang paling utama adalah iga babibarbekyu, Starla memastikan untuk memasak sendiri untuknya dengan penuh
cinta.
Di ruang tamu, Rendra sedang duduk di sofa ketika dia melihat ke arah tangga dan bertanya, “Sayadengar Nona Raisa sudah pulang, kan?”
Pelayan itu memberitahunya, “Ya, Nona Muda Raisa masih beristirahat di lantai atas. Dia
sangat lelah setelah penerbangan pulang.” Di rumah tangga ini, Raisa dipanggil dengan nona
muda.
“Oh!” Rendra melonggarkan dasinya, wajah tampannya terlihat tidak terganggu.
“Minumlah teh ini, Tuan Rendra. Tuan Raditya sedang keluar, tapi saya yakin dia akan segera
kembali. Nyonya Darwinta ada di dapur sedang memasak untuk nona muda.”
“Baiklah.” Dia mengangguk dan menyeruput tehnya.
Setelah duduk di sofa, dia memutuskan untuk berdiri dan berjalan–jalan setelah sepuluh menit.
atau lebih karena dia sudah duduk seharian di kantornya. Teringat bahwa ada ruang kerja di lantai duadan kakak iparnya memiliki banyak buku di sana, dia ingin membaca untuk menghabiskan waktu.
Sementara itu di kamar tidur utama di lantai dua, Raisa sudah bangun. Dia baru saja membongkarbuku–buku yang dibawanya dari rumah dan berpikir untuk menaruhnya di ruang kerja karena dia tahuWirawan suka membaca. Itulah sebabnya setengah dari kopernya dialokasikan hanya untuk buku–buku.
Dalam sekali jalan, dla membawa semua buku dari kamarnya sebelum dikejutkan oleh sebuah
siluet saat keluar.
“Ahl” Buku–buku di tangannya terjatuh dengan suara berisik.
Tertegun, hal pertama yang Rendra lihat adalah seorang wanita muda yang memukau.
“Lama tidak bertemu, Nak.” Rendra tersenyum dan membungkuk untuk memungut buku–buku
itu.
“Astaga, Pak Rendra, biar saya saja!” Raisa dengan cepat berjongkok, ingin mendahuluinya saat diamelihat Rendra mengambil buku–buku itu. Namun, alih–alih mengambil buku itu, dia malah memegangkedua tangan yang ramping dan besar ptia itu.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report