Bab 882

Axel yang duduk disampingnya berkata dengan ekspresi muram: “Hmm, mama-mu bilang dia membantunya, tetapi siapa yang tahu?"

Alina memelototinya dengan marah: "Axel, apa maksudmu?"

"Apa menurutmu keponakan aku ini tidak bisa apa

apa?"

"Biar aku beritahu yah, semua makanan yang ada di meja ini malam ini adalah hasil masakan dia."

"Dan juga, salad sayuran yang ada di atas meja ini dibuat oleh Vivi sendiri."

"Saat di luar negeri, mereka sangat suka makan makanan seperti ini!"

Dengan jijik Axel berkata, "Hehh, aku malah paling tidak suka makan makanan seperti ini."

"Makan makanan mentah seperti ini. Hati-hati dengan cacing yang akan masuk ke dalam perutmu!"

Alina langsung berkata dengan marah, "Kau tahu apa!"

"Dasar kampungan. Kau tahu apa hah?"

"Makanan seperti ini sangat bergizi!"

"Orang luar negeri semuanya

"Beginilah cara orang asing makan!"

Axel mendelik kepadanya: "Kalau begitu kau tinggal di luar negeri saja?"

"Untuk apa masih tinggal di rumah ini?"

"Nanti kau juga jangan makan daging yang sudah matang. Makan yang mentah saja lebih bergizi!"

Alina sangat marah: "Kau... kau bisanya hanya berdebat!"

"Daging mentah mana bisa dimakan? Ada parasitnya!"

"Kalau sayuran beda. Kau benar-benar tidak tahu apa

apa..."

Axel: "Ooh kau tahu, kau sangat tahu segalanya!"

Nara langsung menengahi mereka berdua, "Aduhh, sudah, sudah, kalian berdua jangan bertengkar lagi."

"Setiap orang memiliki preferensinya masing masing dalam menikmati makanan."

"Reva, ayo kita pergi mandi dulu."

Setelah keduanya selesai mandi lalu mereka duduk di depan meja makan dan siap untuk makan.

Tadinya salad sayuran itu diletakkan di depan Axel tetapi Axel sama sekali tidak mau melihat dan

10:28 Mon, Jan 2

Bab 882

5 mutiara

3.84%

menyentuhnya jadi dia langsung menjauhkan sayurannya.

"Apa ini, hanya membuatku mual saja!" ujar Axel dengan cemberut.

Alina kesan dan ingin memaki lagi namun langsung dihentikan oleh Vivi.

"Tante kedua, wajar kalau paman tidak suka makan makanan seperti ini."

"Sekarang hanya anak muda saja yang bisa menerima budaya makanan seperti ini."

"Kakak ipar, bagaimana kalau kau mencicipi hasil masakan aku?"

Vivi menyodorkan salad sayuran itu ke depan Reva dan menatap Reva dengan tatapan penuh harap.

Reva melirik Vivi sekilas lalu menyuapkan sesendok sayur ke mulutnya.

Vivi menatap lurus ke Reva dan melihatnya mengunyah sayur itu di mulutnya. Kilatan cahaya kesenangan muncul dimatanya.

Reva mengunyahnya beberapa kali lalu langsung menggelengkan kepalanya: "Rasanya masih tidak cukup."

"Kalian tunggu sebentar, aku akan pergi ke dapur untuk menambahkan sedikit salad lagi!"

Reva masuk ke dalam dapur dengan sepiring salad sayuran itu sehingga membuat Vivi tercengang. "Kenapa rasanya bisa tidak cukup?" "Selama di luar negeri aku selalu makan seperti ini."

Alina menghiburnya: "Vivi, selera makan orang-orang disini beda dengan di luar negeri."

"Apalagi, Reva menyukai rasa yang lebih berat jadi dia pasti tidak akan bisa makan makanan yang terlalu

hambar."

Reva menyibukkan dirinya di dapur sebentar lalu keluar lagi dengan sepiring salad sayuran.

"Sekarang rasanya baru enak." Ujar Reva.

Vivi meliriknya lalu mengambilkan sedikit salad sayuran kepada Nara, "Kakak sepupu, kau coba juga!"

Nara menyuapkan sesendok dan memberikan beberapa komentar namun dia juga tidak terlalu mempersoalkannya. Dia tidak sadar kalau ada kilauan senang di mata Vivi.

Dan akhirnya, Vivi berusaha membujuk Reva dan Nara untuk menghabiskan salad sayuran itu.

Setiap kali Reva dan Nara mengunyah salad itu, mata Vivi langsung berbinar.

Dia menaburkan semua obat yang ada di botol porselen tersebut ke dalam salad sayuran.

Karena Desmond memberitahunya bahwa obat ini hanya bisa digunakan di sayur yang suhunya setara dengan suhu ruangan. Sekarang, Reva dan Nara sudah menghabiskan sepiring salad sayuran ini. Mereka pasti sudah terkena cacing sihir itu!

Diam

diam Vivi merasa sangat gembira. Akhirnya kali ini dia bisa menuntaskan misi yang diberikan oleh Desmond kepadanya. Setelah proyek area villa diambil kembali, dia akan menjadi istri Desmond yang juga merupakan nyonya besar dari keluarga Permana. Pada saat itu, dia bisa melakukan apa saja dengan sesuka hatinya di kota Carson ini.

Terpikir akan hal ini membuat Vivi merasa sangat senang dan antusias. Bukankah ini adalah kehidupan yang dia idam idamkan?

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report