Bab 83 Pisah Rumah Dua Tahun Otomatis Berceral

Theo tidak menjawab, dia hanya memberikan suatu tatapan penuh arti kepada Kayla.

Kayla berkata, “Nggak boleh!”

Dia tidak akan mengizinkan Theo tinggal di sini!

“Satu malam 200 juta.”

“Nggak, kamu pasti punya niat busuk.”

“Narsis sekali. Bisa–bisanya mengira aku punya niat lain padamu?”

Kayla otomatis teringat akan pengalaman tidak menyenangkan, lalu memanyunkan bibirnya sambil

berkata, “Pokoknya nggak.”

Dia sudah berencana untuk mengambil jalur hukum. Pengadilan akan mengizinkannya bercerai setelah

pisah rumah dua tahun.

Theo berkata dengan kesal Ibu tahu kita pisah rumah.”

“Tetap nggak….”

“Dua miliar.”

“Langsung bayar per malam. Nggak boleh pakai cek, harus transfer bank.”

Mendengar tawaran Theo, reaksi Kayla berubah drastis. Dia langsung setuju.

Apa boleh buat, tawaran ini terlalu menggiurkan.

Theo terdiam.

Ketika Theo masih termenung, Kayla mengeluarkan kartu bank dan menyerahkannya kepada Theo.

Theo hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. “Malas lihat, kirimkan nomor rekening.

Kayla membuka blokir Theo, lalu mengirimkan nomor rekeningnya. Beberapa menit kemudian, dia

menerima notifikasi uang masuk senilai 2 miliar.

Mata Theo tertuju pada jarinya yang hendak memblokir Theo lagi. Theo memperingatkan dengan tegas. Kalau sampai aku tahu kamu memblokirku lagi, kelak aku nggak akan bayar lagi.”

Kayla perlahan–lahan menarik tangannya, lalu bangkit sambil berkata, “Selamat malam.”

Saat Theo memahami maksudnya, terdengar suara bantingan pintu dan pintu dikunci dari dalam!

Setelah mengerahkan begitu banyak tenaga untuk tinggal di sini, Theo berencana untuk mengganggu Kayla. Tak disangka, malam ini berlalu dengan tenang dan tidak terjadi apa–apa.

Keesokan harinya, dia pergi dinas. Kayla tidak peduli Theo akan pergi berapa hari, yang penting dia mendapatkan 2 miliar per hari.

Berita soal Kayla membantu Harris mengidentifikasi barang antik segera menyebar di kalangan.

mereka….

Hari ini, Kayla datang ke Vetro. Setelah memberitahukan nomor ruangan, pelayan langsung

membawanya ke lantai lima.

Kemarin, ada yang menelepon Kayla dan mengatakan bahwa ayahnya berada di tempat saat Kayla mengidentifikasi barang antik. Ayahnya sangat mengakui keterampilan Kayla dan ingin meminta Kayla membantu mengidentifikasi suatu barang, m

Awalnya, Kayla hendak menolak. Bagaimanapun, mengidentifikasi barang antik bukanlah profesinya, tetapi lawan bicara langsung menyebutkan harga yang tidak dapat ditolak.

Ada banyak orang di ruangan pribadi, tetapi lampu menyala terang. Meskipun di dalamnya ada pria dan wanita, semuanya duduk dengan sopan dan tidak ada yang berperilaku buruk.

Kayla melihat sekeliling dan ada beberapa orang yang dia kenal.

Ketika pria paruh baya yang duduk di tengah melihat Kayla, dia langsung berdiri dan membungkuk pada

Kayla. “Nona Kayla.

Sikap ini

Dipenuhi dengan rasa hormat.

Pak Simon?”

Simon buru–buru mengangguk dan mempersilakan Kayla duduk di tengah. “Kudengar ayahku bilang Nona Kayla membantu Pak Harris mengidentifikasi benda antik, jadi ingin meminta bantuanmu. Karena takut mengganggumu, aku baru menghubungi semalam.”

Latar belakang orang–orang yang bermain bola bersama Harris pasti tidak bjasa. Biasanya, mereka

sangat sombong.

Mereka menghormati Kayla karena mereka mendengar kabar bahwa dia adalah istri Theo. Mereka ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Oliver.

Kayla tidak peduli dengan niat Simon, dia hanya berkata, “Mari periksa barang dulu.”

Simon mengeluarkan sebuah kota berukiran naga dengan hati–hati. Di dalamnya ada sepasang anting giok. “Seseorang yang berutang padaku memberikan ini sebagal jaminan. Katanya ini adalah pusaka keluarganya, barang dari awal Dinasti Karta.

Setelah diamati, batu giok itu sangat bening dan merupakan jenis es. Meskipun berharga, batu giok itu tidak ada hubungannya dengan barang antik. Jangankan Dinasti Karta, ia bahkan bukan berasal dari masa perang sebelum kemerdekaan.

215

+15 BONUS

Kayla meletakkan barang itu sambil berkata. “Pak Simon, batu giok ini bagus. Kalau disimpan baik–baik, mungkin kelak akan menjadi barang antik.”

Simon sama sekali tidak peduli apakah anting tersebut adalah barang antik. Dia hanya ingin menggunakan benda ini untuk menjalin hubungan dengan Kayla, tetapi sekarang dia berpura–pura kecewa. “Kalau begitu, aku sudah ditipu.”

Setelah selesai mengidentifikasi dan menerima uang. Kayla hendak pergi, tetapi Simon menyuruhnya tetap tinggal. “Nona Kayla, karena sudah datang, ayo duduk sebentar. Sejak kecil putriku sangat tertarik pada ilmu seni, terutama profesimu….”

Setelah berkata demikian, dia mengedipkan mata pada seorang gadis muda di samping.

Dia terus mencoba mendekati Kayla, tetapi Kayla terus mengabaikannya. Namun, dia juga tidak mungkin menggunakan uang untuk menyuap Kayla sehingga dia terpaksa menyuruh orang lain mendekati Kayla.

Gadis itu sangat ramah, lesung pipinya terlihat saat tersenyum. Dia sangat manis. “Nona Kayla, duduklah sebentar. Ayo pilih lagu, sekarang aku masih kuliah semester tiga di Universitas Bapura jurusan seni. Bisakah aku bekerja di bidangmu setelah lulus?”

Kayla menjawab, “Kamu boleh coba melamar di museum.”

Orang yang menekuni profesi ini sangat sedikit. Kalau ada yang berminat, Kayla pasti akan membimbing orang itu dengan senang hati.

“Apakah ada persyaratan khusus? Seperti harus mengenal barang antik atau sebagainya?” Sebelum Kayla menjawab, dia sudah menggandeng tangan Kayla ke podium lagu sambil bertanya, “Kak Kayla ingin nyanyi lagu apa? Biar kumasukkan.”

“Nggak usah.”

Ketika dia hendak menolak, kamar ruangan pribadi terbuka.

Melihat dua orang yang masuk dari luar, Kayla pun mengerutkan keningnya,

Kebetulan dia mengenal dua orang ini, bahkan sangat akrab dengan mereka.

Raline dan manajernya. Terlihat jelas bahwa mereka ingin mencari Simon.

Karin tersenyum cerah. Kesombongan yang biasanya dia tunjukan di hadapan Kayla sama sekali tidak terlihat. “Pak Simon, pantas saja tadi aku seperti melihat Bapak, ternyata memang Bapak.”

Sembari berbicara, dia mempromosikan Raline. “Raline pasti adalah penari terbaik di dalam negeri.

Kalau Anda berinvestasi pada tim tari kami, Anda pasti nggak akan rugi.”

“Penari terbaik?” Seberkas cahaya melintasi mata Simon. Dia tahu bahwa hubungan Kayla dan Raline tidak terlalu baik, jadi dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyanjung Kayla. “Baik atau nggak harus dinilai secara langsung.”

Karin berkata, “Raline akan tampil pada tanggal sembilan nanti. Aku akan menyuruh orang untuk menyediakan kursi VIP…*

Simon menyela, “Karena sudah datang, ngapain pergi jauh–jauh ke sana? Menarilah di sini, kalau bagus, aku akan mempertimbangkan untuk berinvestasi kepada kalian.”

Sebelum Karin menjawab, Raline sudah menolak dengan tegas, “Nggak, aku nggak akan menari di

tempat seperti ini.”

Menari di tempat hiburan, wanita seperti apa dla?

Wanita yang menyenangkan pria di dalam ruangan pribadi?

Wajah Simon berubah muram. “Kenapa? Apa ada paku yang menusuk kakimu di sini? Orang–orang bahkan bisa menari di pinggir jalan, apa kakimu lebih mulla dari kaki orang lain?”

Kayla baru pertama kali melihat Raline dimarahi seperti ini, dia otomatis melirik Simon.

Melihat tatapannya, Simon merasa bahwa dirinya sudah memilih jalan yang tepat, dia akan segera menjalin hubungan baik dengan Kayla. Jadi, dia pun menatap Raline dengan kesal, “Kalau mau menari, menarilah. Kalau nggak, pergi sana. Uangku nggak berlebih sampai harus mensponsori hal yang nggak

pasti!”

Bagaimana mungkin seseorang yang arogan seperti Raline membiarkan dirinya ditindas seperti ini? Tepat ketika dia hendak berbalik pergi, Karin menghentikannya sambil berkata, “Raline….”

Dia menarik Raline ke samping sambil berbisik, “Anggap saja ini pusat pertunjukan seni nasional atau teater tari Bale. Kalau kita nggak mendapatkan investasi, grup tari yang baru kita dirikan akan bubar.”

Mendengar ucapan ini, Raline pun menghela napas. Kalau bukan karena dia bersikeras ingin kembali untuk mengejar Theo, bagaimana mungkin dia harus kesulitan seperti ini?

Ini pasti adalah pertunjukan tari yang paling tidak ingin dilakukan oleh Raline. Selain tempatnya yang tidak cocok, orang–orang yang duduk di seberangnya juga tidak memahami seni.

Ketika melakukan gerakan berputar, dia tiba–tiba melihat Kayla yang duduk di sudut ruangan.

Kayla juga sedang melihatnya menari. Tatapannya sangat tenang, seolah–olah sedang melihat

pengamen.

Raline tertegun dan sontak menghentikan gerakannya. Dia menghampiri Kayla yang duduk di sudut ruangan. “Kayla, akhirnya kita bertemu lagi. Kamu hanya diam ketika melihatku ditindas seperti ini?”

Kayla tampak sangat cuek. “Kalau kamu bilang begitu, aku merasa Pak Simon rugi besar. Membeli sandal 20 ribu saja boleh dibandingkan, investasimu ini bernilai miliaran, menyuruhmu mempraktikkan saja kamu merasa dipermalukan? Kalau begitu jangan cari investor, berhentilah bekerja. Selain itu, jangan melibatkanku. Kamu dipermalukan nggak ada hubungannya denganku, aku bukan ibumu, kenapa aku harus peduli kalau kamu ditindas?”

Melihat perubahan ekspresi Simon, Karin pun menyela, “Nona Kayla, kamu nggak perlu berkata begitu karena Pak Theo membéla Raline. Kalau Raline ingin memanfaatkan kekuasaan Pak Theo, dia nggak

akan datang ke sini.”

Dia bukan hanya ingin memperjelas hubungan Kayla dengan Theo, tetapi juga ingin memberi tahu Simon bahwa Raline adalah kekasihnya Theo. Sebaiknya Simon tahu diri dan tidak salah memihak

orang!

Pada saat ini, pintu ruangan pribadi dibuka. Theo berjalan masuk dari luar. Dia melirik semua orang dan

akhirnya matanya tertuju pada Kayla …..

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report