Bab 84 Sĩ Bucin Theo
+15 BONUS
Suasana hati Raline menjadi lebih tenang. Dia mengangkat wajahnya sambil berkata pada Theo, “Theo, aku baik–baik saja. Jangan khawatir.”
Sebelum mereka datang. Karin sudah menelepon Theo untuk mengabari jadwal mereka hari ini.
Suasana di seisi ruangan pribadi menjadi hening, bahkan musik pun berhenti. Semua orang bisa merasakan aura dingin dari tubuh Theo.
Kayla memalingkan wajahnya sambil tersenyum sinis. Kedua orang ini sungguh tidak tahu malu, bisa- bisanya mereka bermesraan di hadapannya, entah apa yang mereka lakukan di belakang mereka!
Memikirkan hal ini, dia makin merasa bercerai dengan Theo adalah pilihan yang tepat.
Melihat ekspresi Kayla, mata Theo pun berubah dingin. Semua orang dapat melihat kekesalannya.
Karena tidak ada yang berbicara, suasana menjadi sangat mencekam.
Sebagai tokoh utama hari ini, Simon berdiri untuk meredakan suasana. “Pak Theo, silakan duduk.”
Dia mengadakan pertemuan ini hanya untuk menjalin hubungan dengan Theo. Meskipun prosesnya berbeda dari yang dia pikirkan, bisa dibilang tujuannya berhasil. Hanya saja, dia tidak tahu Theo datang untuk Kayla atau Raline?
Demi menyanjung Kayla, dia sudah mempermalukan Raline. Kalau dia memihak orang yang salah….
Memikirkan hal ini, sekujur tubuhnya bercucuran keringat dingin. Dia otomatis menoleh ke arah Kayla dan tatapan Kayla seolah–olah sedang berkata “wah, mati kamu“.
Simon tertegun.
Dia kebingungan. Jangan–jangan dia memihak orang yang salah? Atau dia salah menebak identitas
Kayla?
Gawat!
Melihat Theo terus menatap Kayla, Raline pun memanggil dengan pelan, “Theo….
Theo mengalihkan pandangannya. “Apakah kalian berhasil mendapatkan investasi?”
Terlihat cahaya menghina di wajah Raline. Dia menggigit bibirnya hingga terlihat dua bekas gigi, lalu menggelengkan kepalanya, “Sepertinya Kayla nggak ingin Pak Simon berinvestasi untuk tim tari kami.”
Awalnya Kayla hanya berencana untuk menonton pertunjukan, tetapi Raline malah menyerangnya. Seketika, dia langsung tertawa!
Setelah dipikir–pikir, dia sama sekali tidak bersuara sejak Raline masuk. Tentu saja, dia tidak bersekongkol dengan Simon juga.
“Nona Raline, nggak tahu malu juga harus ada batasan. Sekalipun artis menginginkan uang, mereka juga perlu berakting untuk menunjukkan kemampuan mereka. Apa mungkin orang akan memberimu uang secara cuma–cuma? Hanya karena orang ragu, berarti orang berniat jahat padamu? Apa otakmu hilang karena terlalu sering menari?”
Kalau beberapa kalimat awal hanyalah ejekan, kalimat terakhir adalah umpatan!
Ekspresi Raline berubah muram. Namun, bagaimanapun dia adalah figur publik yang tidak boleh bertindak semena–mena seperti Kayla.
“Kayla, apa kamu perlu seperti ini? Aku nggak berniat merebut Theo darimu, aku hanya berteman dengannya. Apa karena dia menikah denganmu, dia harus memutus hubungan dengan semua teman
wanita?”
Kayla tersenyum sinis pada Kayla. “Sepertinya kamu memang punya niat lain.”
Kata–kata ini seperti tamparan keras yang mendarat di wajah Raline. Raline yang kesal pun memucat.
Dia berbalik untuk melihat Theo….
Namun, kalau Theo mempunyai niat lain, hubungan mereka tidak mungkin masih belum berkembang.
Bagaimanapun, Raline sudah pulang lumayan lama.
Theo menyipitkan matanya untuk menatap Kayla yang mendorongnya. Amarah di hatinya meluap.
Setelah menahan diri, dia pun berkata dengan tenang. “Berapa banyak investasi yang kamu inginkan?
Biar kubantu bicarakan.”
Raline tersenyum cerah. “Oke.”
Sekarang, wajah Simon menjadi sangat pucat. Melihat Theo membawa Raline menghampirinya, dia
mundur dengan gentar.
Dia bukan hanya gagal menyanjung Theo, malah menyinggung Theo.
Suasana di ruangan pribadi kembali hidup. Awalnya, Simon datang dengan tujuan menyanjung Kayla, jadi orang–orang yang dia bawa tentu saja sangat ramah.
Gadis yang baru saja mengobrol dengan Kayla pun berbisik, “Wanita itu bau sekali, apa Pak Theo nggak
menyadari hal itu?”
Kayla menghela napasnya, lalu memegang dagunya sambil berkata, “Mana mungkin dia sadar. Dia itu
bucin.”
Pria sangat ahli dalam mengidentifikasi wanita, tetapi mereka memang menyukai wanita seperti ini.
Setelah Theo datang, tidak ada yang berani berbicara dengan kuat. Jadi, meskipun Kayla masih duduk di posisi awal, dia dapat mendengar perbincangan mereka dengan jelas.
Theo memutar gelas di tangannya sambil bertanya dengan santai, “Pak Simon merasa tarian Raline
+15 BONUS
nggak pantas diinvestasi?”
Sebelumnya Simon pernah mengatakan ingin berinvestasi pada tim tari Raline, tetapi dia tidak serius. Bagaimana mungkin dia semurah hati itu? Namun, menghadapi pertanyaan Theo, Simon terpaksa menjawab, “Tarian Nona Raline sangat luar biasa, aku merasa sangat terhormat bisa berinvestasi padanya. Besok aku akan meminta sekretarisku untuk membahas detailnya dengan Bu Karin, kita bisa langsung menandatangani kontrak!”
Theo sedang berbicara dengan Simon, tetapi matanya tertuju pada Kayla.
Kayla sedang mengobrol santai dengan orang di sampingnya, dia bahkan tidak melirik ke arah Theo. Dia seolah–olah tidak peduli soal Theo membantu Raline.
Simon menunggu jawaban Theo dengan ketakutan. Melihat mata Theo berubah muram, suhu ruangan tiba–tiba turun beberapa derajat.
Theo berkata dengan nada dingin, “Kalau begitu, mari tanda tangan kontrak sekarang juga.”
Dia hampir mengukir kata “aku tidak percaya padamu” di wajahnya, semua orang dapat melihat hal ini.
Raline diam–diam berbahagia, tetapi dia tidak menunjukkan dengan jelas. Dia menggandeng lengan Theo sambil menggerakkan dengan lembut. “Theo, bagaimana kalau besok saja? Kulihat hari ini Pak Simon sedang mengadakan acara keluarga. Kontrak perlu diperiksa oleh Departemen Hukum, takutnya nggak bisa langsung selesai.”
Hari ini Theo mengenakan pakaian kasual, sweter berwarna terang dipadukan dengan mantel berwarna gelap. Namun, ini sama sekali tidak mengurangi wibawanya, terutama ketika Raline mengatakan “acara keluarga“, Simon merasa tatapan Theo menjadi sangat tajam.
Simon kebingungan. Apakah mengadakan acara keluarga juga menyinggung Theo?
Theo berkata, “Kusuruh Darius tangani hal ini, nggak akan menunda waktumu. Bagaimana, Pak Simon?”
Simon tersenyum masam. “Hal kecil seperti ini nggak usah merepotkan Pak Darius. Aku akan segera menyuruh staf Departemen Hukum menangani hal ini.”
Kalau Simon membiarkan Darius menangani hal ini, dia mungkin akan ditindas habis–habisan!
Ketika Simon mengeluarkan ponselnya untuk menelepon staf Departemen Hukum perusahaan, Theo melihat ke arah Kayla dan Kayla sudah tidak berada di tempat.
Raline pun menoleh ke arah yang ditatap Theo. “Tadi kulihat Kayla pergi menjawab telepon, apa kamu mau… pergi mencarinya?”
Sebelum Theo menjawab, Karin yang berada di samping sudah berkata den
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report