Bab 85 Dia Ingin Menyelingkuhi Theo

“Dia yang menyuruh Pak Simon mempermalukanmu. Kalau Pak Theo pergi, Pak Simon pasti nggak akan

berinvestasi pada kita, sia–sia kamu sudah menari!”

Awalnya, Karin mengira meskipun kata–kata ini tidak akan membuat Theo marah pada Kayla, setidaknya Theo akan berbelas kasihan pada Raline. Namun, setelah menunggu beberapa saat. Theo sama sekali tidak menanggapinya.

Dia mengerutkan keningnya sambil menoleh ke arah Theo, lalu terlihat Theo sedang merenung. Sepertinya Theo sama sekali tidak mendengar ucapannya.

Setelah menelepon, Simon meminta izin pada Theo dengan hati–hati. “Pak Theo, perlu beberapa saat

untuk mempersiapkan kontrak, bagaimana kalau kita minum–minum dulu?”

“Nggak usah, setelah kontraknya selesai, serahkan pada Bu Karin. Aku masih ada urusan lain, aku pergi dulu.”

Simon tertegun.

Perubahan sikap ini ….

Kalau bukan karena dia memperhatikan Theo, dia akan mengira orang yang tidak sabar untuk

menandatangani kontrak tadi bukanlah Theo.

Melihat Theo hendak pergi, Raline pun bangkit dan berkata, “Nggak lama kok, mari pergi bersama Karin.

Kebetulan bisa sekalian mengantarnya pulang.

Rumah Karin sejalan dengan Vila Aeris, tetapi berlawanan arah dari tempat tinggal Raline.

Sepertinya Theo tidak memahami maksudnya. “Biar Nona Karin yang antar kamu pulang.

Raline tidak menduga Theo akan menjawab seperti ini. Dia mengira sekalipun Theo tidak ingin

menghabiskan waktu untuk menunggu Karin, Theo pasti akan mengantarnya pulang. “Bagaimana

denganmu?”

Theo mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu. Tindakan ini menunjukkan bahwa dia sudah tidak sabar. “Aku datang dengan Carlos.

Meskipun dia menumpangi mobil Carlos, bukan berarti dia tidak boleh membawa orang lain, semua

tergantung pada keinginannya.

Raline terdiam.

Ketika dia masih memikirkan bagaimana caranya menyuruh Theo mengantarnya pulang. Theo sudah meninggalkan ruangan pribadi.

Mobil Carlos diparkir di depan lift. Melihat Theo turun sendirian, dia pun mengangkat alisnya sambil

bertanya, “Bukannya kamu datang untuk menjemput istrimu? Kenapa turun sendirian? Kamu diusir?”

Theo meliriknya dengan ekspresi datar, lalu membuka pintu dan masuk. “Siapa bilang aku datang untuk menjemputnya?”

“Apa kamu makan bom? Kenapa begitu emosian?” Carlos meliriknya melalui kaca spion. “Siapa yang langsung bergegas datang dari bandara ketika mendengar Simon mengundang Kayla kemari?”

Theo mengerutkan keningnya. Seluruh garis wajahnya menunjukkan bahwa suasana hatinya sangat

buruk.

Carlos mendecakkan lidahnya, lalu berkata, “Lihatlah betapa malangnya dirimu. Kalau kamu memang menyukainya, pertahankan dia.

“Sekarang dia masih menyandang status Nyonya Oliver. Simon terkenal cabul aku masih waras, nggak mau diselingkuhi.” Theo segera mengakhiri topik ini. “Diam kamu, lihat jalan.”

Carlos terdiam.

Kata “cabul” ini tidak terlalu cocok dengan Simon. Dia memang genit dan menyukai wanita muda, tetapi dia tidak pernah meniduri wanita secara paksa.

Setelah keluar dari Vetro, Kayla langsung naik taksi pulang ke apartemen. Ketika hendak mengambil pakaian di lemari, dia melewati koper Theo dan langsung melepaskan ikat rambutnya. Setelah merenung sejenak, dia pun mengangkat koper seharga ratusan juta itu dan melemparkannya ke koridor.

Cuaca hari ini sangat dingin. Begitu keluar, tangan dan kaki Kayla menjadi agak kaku karena kedinginan. Dia mengisi penuh air di bak mandi, lalu menambahkan beberapa tetes minyak esensial.

Setelah mandi, mengeringkan rambut dan mengoleskan losion pelembap, Kayla keluar dengan mengenakan piama berbulu.

Begitu membuka pintu, terdengar suara ketukan dari luar.

Hanya Davin dan Theo yang tahu dia tinggal di sini. Dia bahkan tidak memberi tahu Bella karena tidak ingin Bella mengkhawatirkannya.

Davin pasti akan meneleponnya kalau ingin datang. Sedangkan Theo, sekarang mungkin sedang bermesraan dengan Raline, bagaimana mungkin datang ke sini?

Kayla berjalan ke depan pintu, lalu meraih penglah sepatu yang ada di belakang pintu sambil bertanya,” Siapa?”

Setelah hening beberapa detik, terdengar suara dingin Theo. “Buka pintu.”

Kayla tertegun sejenak sebelum berkata, “Kopermu ada di luar, ambil dan pergi dari sini.”

“Buka pintu.”

+ 15 BORUS

“Nggak.”

Theo tersenyum sinis. Dia sama sekali tidak menganggap serius penolakan Kayla. “Kalau kamu ingin menarik perhatian semua orang di lantai ini….”

Sebelum Theo menyelesaikan ucapannya, pintu yang terkunci dibuka dengan kuat dari dalam. Kayla yang sedang mengenakan plama berdiri di belakang pintu. “Kalau ada urusan, cepat katakan.”

“Bawa masuk,” kata Theo sambil menendang kopernya.

Kayla mengangkat dagunya. “Apa mungkin?*

Suasana menjadi sangat mencekam.

Theo menyipitkan matanya sambil berkata dengan cuek, “Kayla, jangan–jangan kamu nggak ingin

bercerai? Jadi sengaja jual mahal seperti ini?”

Kayla seolah–olah melontarkan tatapan “apa kamu gila“, dia sungguh ingin menghantam Theo dengan sendok sepatu di tangannya.

“Dua miliar satu malam, kamu memilih untuk melepaskan kesempatan menghasilkan uang ini, apa lagi kalau bukan karena kamu nggak ingin bercerai? Atau kamu ingin menggunakan sisa hidupmu untuk mengumpulkan 600 miliar dengan gaji kecilmu itu?”

Kemampuan Theo dalam membalikkan keadaan perlu diakui.

Kayla merasa jantungnya akan segera meledak. Seharusnya pria tampan ini tidak punya mulut.

“Untung saja Raline mencampakkanmu. Kalau aku, jangankan bertahan dua tahun, bahkan dua hari pun aku nggak sanggup. Pantas saja kamu nggak bisa mendapatkannya kembali meskipun sudah berusaha

keras….

Setelah berkata demikian, tangannya langsung dicengkeram oleh Theo.

Theo mengerahkan 60% tenaganya hingga Kayla merasakan rasa sakit yang luar biasa.

Theo mengerutkan bibirnya sambil tersenyum nakal. “Sayangnya setelah bertahan denganku selama tiga tahun, kamu masih nggak bisa berbuat apa–apa.

“Aku bertahan selama tiga tahun karena nggak pandai menilai, menganggap rumput liar sebagai mawar merah.” Kayla mendengus dingin. Setiap kata yang dia ucapkan seperti pisau yang menusuk jantung

THEO.

Dia berbalik, lalu mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memasukkan kartu itu ke dalam saku Theo. Ini 12 miliar. Kukembalikan padamu dulu, soal bercerai… sudah kupikirkan. Lagian aku belum menemukan pengganti, jadi belum perlu sertifikat cerai. Kalau suatu hari aku menemukan pria yang membuatku jatuh cinta, aku pasti akan menyelingkuhimu.

Theo menatapnya dengan galak. “Ulangi perkataanmu.”

+15 BONUS

Kayla mendengus dengan kesal. “Apa kamu bodoh? Malam–malam begini bukannya tidur malah datang ke sini untuk dimarahi, bahkan ingin dimarahi berulang kali.”

Dia mengangkat tangannya untuk menutup pintu, tetapi Theo menghentikan tindakannya dengan lincah. “Apa kamu nggak ingin tahu siapa yang menjual audio itu ke media sosial?” o

Ekspresi Kayla tiba–tiba berubah. “Kamu tahu?

Ini adalah kedua kalinya mereka membahas hal ini.

Meskipun sudah berlalu, dulu dia mendapatkan banyak hu

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report