Bab 86 Berduri dan Suka Pukul Orang
“Ya,” jawab Theo dengan singkat.
Kayla menunggu untuk cukup lama, tetapi tidak mendapatkan Jawaban. Akhirnya, dia pun berkata dengan kesal “Kalau mau bilang, cepat bilang. Kalau nggak, lepaskan.”
Theo menatap Kayla. Saat ini, Kayla mengerutkan kening dan tampak sangat membenci Theo. Theo memanyunkan bibirnya, dia sangat tidak menyukai ekspresi Kayla saat ini.
Dulu saat tinggal di Vila Aeris, sedingin apa pun dia, Kayla selalu tersenyum padanya, tetapi sekarang…..
Dia sedikit mengernyit. “Ayo.”
Kayla kebingungan. Mau pergi ke mana? Sepertinya Theo memang gila dan suka bertindak semena-
mena.
Kayla tidak bergerak. Dia mundur dengan waspada, seolah–olah Theo adalah preman jahat yang akan
menjualnya.
Theo sangat marah dan kesal dengan tindakan refleks Kayla. Dia tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan nada sinis, “Kalau ingin tahu siapa pelakunya, ikut denganku.”
“Katakan saja namanya. Tengah malam begini, pergi berduaan dengan pria nggak aman.”
Ekspresi Theo sangat muram. Dia memegang erat kenop pintu dan urat di tangannya pun membengkak. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, “Kayla, apa kamu kira aku akan melakukan sesuatu padamu?
“Bisa jadi.” Kayla mengangkat dagunya. Meskipun dia setengah kepala lebih pendek dari Theo, dia tidak tampak lemah. Kekesalan di antara alisnya terlihat jelas. “Belakangan ini kamu seperti plester yang terus menempel padaku. Selain Raline, kamu nggak bisa melampiaskan hasratmu pada wanita lain. Kalau pria sudah menahan terlalu lama, mentalnya pasti akan terganggu.”
“Aku padamu?” Theo mengamatinya dari atas sampai bawah dengan dingin. “Sepertinya kamu bukan hanya nggak punya otak, tapi juga narsis. Selama menikah tiga tahun, kamu sama sekali nggak membuatku tertarik. Sekalipun kita menjadi pasangan suami istri selama tiga tahun lagi, kamu tetap nggak akan membuatku bergairah.”
Orang ini sungguh… menyebalkan!
Kayla emosi dan hendak menghantamkan sendok sepatu ke kepala Theo, tetapi Theo segera meraih tangannya. “Sudah berduri, suka pukul orang lagi. Apa kamu landak?“)
Dia menarik Kayla keluar. Salah satu tangannya digunakan untuk menggenggam tangan Kayla dan tangan lainnya digunakan untuk melempar sendok sepatu itu ke lantai. Kemudian, dia merangkul Kayla menuju lift.
+15 BORUS
Kayla pun bersandar di dada Theo. Seketika, tubuhnya menjadi kaku. Dia tidak memikirkan soal kata- kata kasar Theo lagi, yang dia pikirkan sekarang adalah
Dia tidak memakai pakaian dalam!
Sekarang adalah musim dingin dan plamanya agak tebal kalau tidak diperhatikan dengan cermat, tidak akan ada yang menyadari hal tersebut. Namun, dengan jarak sedikit ini, dia tetap merasa ada yang aneh.
Dia berkata dengan kuat, “Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri.”
Theo memandangnya dari atas. “Apa menurutmu aku memercayaimu?”
“Kalau begitu tunggu aku, aku pergi ganti pakaian dulu. Bagaimanapun aku mau pergi melabrak orang. harus berpakaian lebih menarik.” Kayla tidak yakin apakah Theo menyadari hal tersebut. Namun, ketika dia mendongak untuk melirik alis Theo, ekspresi Theo masih sedingin biasanya, tidak ada yang aneh.
Entah karena dia tidak memakai pakaian dalam atau karena efek psikologis, dia sangat sensitif. Langkahnya menjadi terhuyung–huyung dan setiap sentuhan membuatnya sangat tertekan.
Dia malu, kesal dan kulit kepalanya seperti akan meledak. Melihat Theo tetap bersikap acuh tak acuh, dia pun tidak bisa melampiaskan amarahnya.
Theo lanjut berkata, “Sekalipun kamu pakai jubah naga, kamu nggak akan bisa memberikan tekanan
pada siapa pun.”
“Dasar pria berengsek, kudoakan kamu nggak akan bisa mendapatkan Raline!‘
Akhirnya, dia masuk ke dalam lift. Mobil Theo diparkir di lantai bawah.
Setelah masuk ke dalam mobil, Theo melepas mantelnya dan melemparkan mantel itu kepada Kayla.” Pakailah, pakaianmu jelek sekali. Mataku sakit lihatnya.”
“Matamu sakit? Jadi, kenapa nggak membiarkanku mengganti pakaian?” Kayla sangat marah dan langsung menarik mantel yang menyelimuti kepalanya. Meskipun marah, dia tetap memakai mantel itu dan tidak lupa mengancingkan semua kancing yang ada.
Theo memanyunkan bibirnya dan tidak bersuara lagi. Dia menatap Kayla dengan tenang, lalu kembali
melihat ke depan.
Kayla terdiam.
Meskipun tidak ada yang aneh dengan sikap Theo, Kayla selalu merasa Theo melirik… dadanya..
Tempat yang mereka tuju tidak jauh, hanya perlu berkendara setengah jam.
Melihat perumahan kelas atas di depannya, Kayla pun mengangkat alisnya dengan bingung. “Di sini?”
“Ya.”
Perumahan elite ini hanya mengizinkan pemilik rumah masuk. Meskipun ada yang ingin bertamu,
satpam tetap perlu mengkonfirmasi ke pemilik rumah.
Namun, satpam hanya melihat pelat nomor mobil Theo, lalu membuka gerbang dengan hormat.
Kayla mendecakkan lidahnya. Orang kaya memang berbeda!
Sesampai di Gedung A nomor 2302, Theo membuka pintu dan masuk. Kayla ragu–ragu sejenak sebelum mengikuti Theo masuk.
Suasana di dalam berbeda jauh dengan bayangan Kayla ….
Ada belasan orang di ruang tamu. Selain Viola yang duduk gemetaran di sudut sofa dan seorang wanita yang tidak dia kenal yang lainnya adalah pengawal kekar yang mengenakan jas hitam. Sepertinya mereka adalah anak buah Theo.
Kayla tertegun sejenak. “Viola?”
Sebelum Theo datang. Viola sudah hampir menangis. Namun, di saat air matanya akan segera mengalir.
Theo masuk bersama Kayla.
Ekspresi malang itu segera berubah menjadi teguran yang sombong. “Kayla, kamu yang mendatangkan orang–orang ini? Apa yang ingin kamu lakukan? Kalau kamu berani berbuat sesuatu padaku, aku akan memberi tahu Ayah. Ayah akan memberi pelajaran padamu!”
Sejak kecil setiap dia ditindas oleh Kayla, dia akan meminta pertolongan dari Martin. Alhasil, Kayla selalu dipukuli, tak terkecuali kali ini.
Kayla tersenyum sinis. “Oke, biar kubantu kamu meneleponnya. Kamu boleh mengadu, tapi jangan memfitnah. Aku mana mungkin sanggup mempekerjakan orang–orang ini.”
Sebelum Viola menjawab, terdengar suara serak Theo. “Sudah katakan?” tanya Theo pada pengawal.
Pengawal itu mengangguk. “Sudah.”
“Suruh mereka ulangi perkataan mereka.” Theo mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu, ini menandakan bahwa kesabarannya sudah hampir habis.
Meskipun Viola takut pada Theo, dia tidak ingin tampak lemah di hadapan Kayla. Dia mendengus dingin dan memalingkan wajahnya.
Namun, ketika dia memalingkan wajahnya, seorang pengawal langsung meraih dagunya dan membalikkan kepalanya dengan kasar. “Kalau kamu nggak mau menderita, cepat katakan!”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report