Bab 98 Dia Masih Melindungi Orang Lain

+15 BONUS

Mendengar ucapan ini, ekspresi Raline berubah drastis. Sudut bibirnya sontak terangkat, tetapi dia

berusaha untuk menahan diri.

Theo melindunginya.

Seperti dugaannya, Theo bersikap dingin padanya karena dia meninggalkan Theo pergi ke luar negeri.

Kayla mengepalkan jari–jarinya, lalu mengangkat dagunya untuk menatap Theo. Dia seperti ayam jago yang pantang menyerah. “Jangan mimpi, aku nggak akan minta maaf pada Raline.”

Wajah Theo dipenuhi dengan amarah, seperti angin puting beliung yang akan menerpa Kayla ke dalam badai. “Aku nggak menyuruhmu meminta maaf pada Raline, minta maaf pada anak.”

Raline yang hendak mengalah untuk menunjukkan kemurahan hatinya pun terdiam.

Kayla mendengus dingin sambil tersenyum sinis. “Ternyata kamu adalah ayah yang baik.”

Theo mengabaikan ejekan Kayla. Dia berdiri dan menggunakan tubuhnya yang kekar untuk memberikan tekanan pada Kayla, lalu meraih pergelangan tangan Kayla dan menarik Kayla ke dalam pelukannya. Minta maaf.”

Dia belum membersihkan kopi di wajahnya sehingga butiran kopi di dagunya menetes ke kepala Kayla.

Kayla tertegun.

Pria berengsek ini sengaja ingin mempersulit hidupnya.

“Kalau kamu percaya dengan tabu dan takut perkataanku akan menjadi kenyataan, nggak usah punya anak. Kamu dan Raline, pria berengsek dan wanita jalang bisa menua bersama dengan bahagia.

bukankah itu hal baik?”

Raline berkata, “Kayla, konflik di antara aku dan kamu adalah kecemburuan masa muda. Selain mengejekmu di kampus, aku nggak pernah melakukan hal yang keterlaluan. Kita bahkan sudah nggak

berkomunikasi selama beberapa tahun, kamu terus menyebutku wanita jalang, bukankah kamu

keterlaluan?”

Apa yang dikatakan Raline tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar.

Menurut orang luar, ini hanyalah perseteruan di antara primadona jurusan. Meskipun masalah cukup besar, keduanya tidak pernah bertengkar secara terang–terangan.

Namun, Kayla tahu alasan mengapa orang–orang itu begitu memusuhinya, karena Raline menghasut

mereka.

Sampai saat ini, dia tidak mengerti mengapa Raline begitu membencinya. Hanya karena daftar kompetisi yang diposting di forum? Mereka berbeda jurusan dan tidak dapat dibandingkan dalam hal

akademik. Sebagian orang yang suka bergosip pun mulai membandingkan mereka dari segi

penampilan, sosok, latar belakang dan faktor–faktor lainnya.

Kayla mengalihkan pandangannya untuk menunjuk lukisan di atas meja. “Setelah Theo membeli lukisan ini dengan harga tinggi, kamu langsung mengumumkannya ke seisi kampus. Kemudian, Elsy

menuduhku berakting untuk meningkatkan popularitas. Kamu melakukan semua ini untuk menjebakku, biar aku diasingkan dan dihujat. Kalian benar–benar mengerahkan banyak usaha untuk menghancurkanku.”

Raline panik dan langsung menatap Theo. Ekspresi Theo tampak biasa saja, tetapi terlihat suatu cahaya

dingin di matanya.

Dia bertanya, “Kamu ditindas?”

Kayla mendorongnya dengan kesal. “Bukankah kalian merencanakan semua ini untuk menindasku? Sekarang malah berpura–pura peduli, sungguh menyebalkan.”

Raline menarik napas dalam–dalam untuk menekan kepanikan di hatinya. “Kayla, aku nggak tahu kamu mendengar rumor ini dari mana. Tapi aku nggak tahu Theo yang membeli lukisan ini, aku hanya nggak sengaja mendengar para guru membicarakan hal ini. Hal ini diumumkan untuk merekrut siswa baru, aku juga sudah mendiskusikannya dengan pimpinan kampus. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh tanyakan pada mereka.”

Saat itu, dia kebetulan melihat Theo membingkai lukisan itu, lalu mengetahui bahwa Theo–lah yang

membeli lukisan Kayla dengan harga tinggi.

Dia sangat marah hingga mendengar hasutan orang–orang di sampingnya. Alhasil, Elsy membantunya

menjebak Kayla.

Setelah bertahun–tahun, dia tidak menyangka Kayla akan tiba–tiba membongkar hal ini. Karena terlalu mendadak, Raline tidak tahu harus berbuat apa.

“Kayla, kamu nggak perlu memfitnahku karena cemburu. Hari ini aku hanya mewakili tim tari datang. soal apa yang akan mereka bicarakan dan bagaimana hasilnya, nggak ada hubungannya denganku.”

Raline ingin mengalihkan topik pembicaraan, tetapi keadaan tidak berjalan sesuai keinginannya.

Kayla tersenyum sinis. “Bukan kamu yang lakukan? Kalau begitu pasti ada bajingan lain yang

melakukan ini untuk menyenangkanmu.”

“Kayla.” Suara Theo terdengar sangat dingin dan kesal. “Aku yang membeli lukisan ini, tapi aku nggak tahu apa yang terjadi selanjutnya, aku juga nggak bersekongkol dengan orang lain untuk menjebakmu.”

Raline menatap Theo dengan kaget.

Berdasarkan pemahamannya pada Theo, sekalipun Theo sangat menyayangi seorang wanita, dia tidak akan membiarkan wanita itu bertindak semena–mena.

Kayla hampir menampar Theo, lalu menyiramnya dengan kopi, menghinanya berengsek dan bajingan.

+15 BONUS

tetapi reaksi Theo masih sangat tenang.

Kecuali saat Kayla mengutuk soal anak.

Dia tidak tampak seperti presdir Perusahaan Oliver yang kejam dan tegas, tetapi tampak seperti budak

cinta.

Kayla menatap Theo dengan sebuah tatapan yang mengisyaratkan “kamu pikir aku percaya?” Setelah itu, dia pun berkata, “Kalau begitu coba katakan apa yang kamu sukai dari lukisan ini? Karena bagus atau merasa lukisan ini layak disimpan? Atau kamu bahagia saat melihatnya?”

Meskipun setiap karya adalah hasil kerja keras seorang pelukis, Kayla sama sekali tidak menyukai lukisan yang menggambarkan masa lalunya yang kelam ini.

Theo termenung selama beberapa detik, lalu mengabaikan pertanyaan ini. “Aku akan meminta orang

untuk menyelidiki masalah ini.”

“Nggak perlu, aku bisa menyelidikinya sendiri. Aku sudah sangat berterima kasih kalau kamu nggak menimbulkan masalah.Kayla melihat arlojinya dan sekarang sudah sore hari. “Besok ayo pergi bercerai. Kalau aku nggak melihatmu di depan Dinas Kependudukan, aku akan langsung meminta pengacara menggugatmu.”

Saat itu tiba, meskipun Theo menggunakan berbagai alasan untuk menentang perceraian, pengadilan akan otomatis menyetujui perceraian mereka setelah dua tahun pisah rumah.

Kayla hendak pergi, tetapi Theo menggenggam tangannya dan tidak membiarkannya pergi. “Raline, kamu keluar dulu. Urusanmu kita bicarakan di lain hari.”

Wajah Raline memucat, dia otomatis melirik Theo yang berada di sampingnya.

Namun, Theo tidak memandangnya, mata Theo terus tertuju pada wajah Kayla.

Raline memejamkan mata. Wajahnya membengkak karena ditampar oleh Kayla. “Theo, dia sudah begitu keterlaluan dan asal memukul orang, kamu masih membelanya?”

“Raline, keluar,” kata Theo. Suaranya menjadi sangat dingin. “Suruh ketua tarimu beri tahu berapa banyak investasi yang kalian inginkan.”

Raline meliriknya dengan kecewa dan sedih, lalu berbalik pergi.

Dia tidak lupa menutup pintu kantor.

Detik berikutnya, Theo meraih wajah Kayla sehingga jarak mereka menjadi lebih dekat. “Kenapa kamu terus mengungkit soal perceraian?”

“Ini bukan soal perceraian, kita memang sudah mau bercerai.” Kayla berusaha keras untuk melepaskan diri dari pelukan Theo. “Jauhi aku, karena kamu, sekarang aku membenci semua makhluk hidup berjenis kelamin laki–laki. Bahkan melihat anjing jantan di jalanan pun, aku ingin menamparnya.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report