Ruang Untukmu -
Bad 985
Bad 985
Bab 985
1%
10 mutiara
Di taman, Henida dan Anita akhirnya dapat berbincang berdua. Henida menghela napas sebelumbicara, “Ani sudah bilang pada Bibi tentang kamu dan Raditya. Mengenai pertunangan merekasebelumnya, Bibi harap kamu tidak keberatan. Yang mereka lakukan hanya makan–makan biasa, itusaja. Jadi, Bibi dengan tulus berharap hubunganmu dengan Raditya berjalan baik.”
Anita tercengang mendengar penuturan Henida.
Dia sudah bersiap menerima pertanyaan bibinya, tetapi tidak menyangka bibinya justru menenangkandan meyakinkan dirinya. Ini hal terakhir yang dia bayangkan.
“Saya sama sekali tidak keberatan, Bibi Henida. Saya senang Ani mengenalkannya pada saya.”
“Sepertinya kamu sangat menyukai Raditya. Luar biasa. Kakekmu selalu ingin untuk dapat bersatudengan Keluarga Laksmana suatu hari nanti melalui pernikahan yang direstui. Sekarang semua sudahsempurna! Raditya adalah anak yang luar biasa, maka pergunakan kesempatan emas ini dengan baik.Oh iya, apakah kamu sudah bertemu dengan laki–laki yang dibawa Ani? Dia salah satu temankelasnya dan Bibi rasa dia terlihat sempurna dinilai dari penampilannya. Yang lebih penting adalah diaadalah laki–laki yang disukai Ani,” ucap Henida.
“Bibi Henida benar. Yang terpenting adalah kebahagiaan Ani.” Anita mengangguk.
“Baiklah, ayo kita masuk!” Henida melangkah ke pintu masuk setelah selesai bicara.
Namun, Anita masih berdiri di sana, yang kemudian menghela napas lega. Langit sore hari iniberwarna merah lembayung. Walaupun sudah masuk musim hujan, dia kagum denganpemandangannya.
Saat itu, suara mesin mobil terdengar secara tak terduga dan membuatnya terkejut. Siapa lagi yangdatang?
Saat masih heran dan bertanya–tanya, Anita melihat sebuah mobil berwarna hitam yang tidak asingsedang mendekat lalu dia memalingkan pandangannya. Kenapa mobil Raditya bisa ada di sini?!Diajuga ke sini?
Jantung Anita mulai berdegup kencang. Pintu mobil pun terbuka memperlihatkan sosok tinggi dantampan turun dari bangku pengemudi–tidak lain sosok itu adalah Raditya.
Dia melihat Anita di taman lalu melesatkan tatapan dalam ke arahnya. Saat pandangan merekabeitemu, dia membalas dengan senyum malu–malu. Kemudian dia membuka pintu belakang danmembantu seorang laki- laki tua turun dari dalam.
Melihat
begitu ber itu, Anita terkejut. Ini pasti kakek Raditya! Sementara itu, laki–laki tua yang terlibat
begitu bermartabat dan lembut itu ikut menoleh ke arahnya.
Dengan begitu, Anita buru–buru bergegas mengambil inisiatif untuk menyapa Panji, “Halo, Tuan BesarLaksmana.”
Laki–laki tua itu memandanginya, lalu mengangguk dengan puas sambil berkata, “Kamu pasti Anita!”
“Benar, saya Anita.”
Dia menyadari kalau Anita terlihat lebih ramah daripada Ani dan sosoknya agak lebih pendiam. Olehkarena
“Tidak buruk sama sekali,” ucap Panji dengan sukacita. Dia tidak bisa menyembunyikankebahagiaannya karena tidak lagi harus memaksakan perjodohan untuk cucunya. Akhirnya diabertemu dengan gadis yang disukainya dan hanya itu yang diperlukan.
“Tuan Besar Laksmana, mari saya bantu.” Anita mendekat untuk membantunya.
“Tidak, tidak perlu. Kalian berdua mengobrol sajalah. Kakek bisa masuk ke dalam sendiri.” Panjimemberi isyarat dengan tangannya. Dia berjalan dengan tegap meskipun usianya sudah tua danKediaman Maldino adalah tempat yang sering dikunjungi sehingga tidak akan tersesat.
Setelah menyaksikan kakek masuk ke dalam rumah, Anita menatap Raditya dengan kesal lalumengeluh, “Kenapa kamu tidak memberitahu saya akan datang ke sini?”
“Kami baru saja mendapat telepon dari kakekmu sekitar satu jam yang lalu. Saya juga ingin memberikejutan untukmu.” Raditya tersenyum sembari membuka jaketnya untuk kemudian memeluk Anita,merasa angin malam berhembus sedikit kencang. “Ayo kita masuk! Kita tentu tidak ingin terkena flukarena angin malam
ini.”
Anita melingkarkan tangannya ke pinggang Raditya dan tenggelam ke dalam pelukannya. Jantungnyaberdebar saat mencium aroma tubuhnya yang maskulin, membangkitkan perasaan tertentu dalamdirinya.
Kapan kita akan melangkah ke jenjang selanjutnya? Anita bertanya–tanya dalam pikirannya.
Karena telah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya bersama laki–laki ini, Anita merasa cukupmasuk akal untuk menyediakan lebih banyak waktu dengannya dengan melangkah ke tahapberikutnya. Dia datang begitu terlambat ke dalam kehidupan saya, maka saya rasa saya tidakmementingkan diri sendiri karena ingin mengisi waktu bersamanya, bukan?
Dengan enggan Anita melepas tangannya sebelum melangkah masuk ke ruang tamu bersamaRaditya.
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report