Ruang Untukmu
Bad 986

Bad 986

Bab 986

Kedua laki–laki tua itu sedang asyik mengobrol. Begitu Panji tiba, Guntur dan Galih merendahkansuaranya dan tatapan hormat keduanya tampak terlihat jelas. Keluarga Maldino selama ini banyakdibantu oleh Panji bahkan Guntur pernah bekerja di bawah Panji untuk waktu yang cukup lama.

Latar belakang Keluarga Laksmana memang luar biasa. Tidak ada keluarga lain di negeri ini yangmampu bersaing dengan keluarga Laksmana.

“Raditya, kemari dan duduklah di sini.” Guntur memberi isyarat pada Raditya.

Mendengar perintahnya, Raditya langsung mendekat dan duduk. Terlepas identitasnya di dunia luar,hari ini dia hanyalah seorang anak dari generasi yang lebih muda.

Anita dan Ani duduk berdampingan dan saling berbisik. Kali ini Ani bertemu lagi dengan Raditya,perasaan tergila–gila yang dia miliki untuknya sebelum ini telah berubah menjadi semacamkekaguman. Selain itu, dia juga mengakui kalau Anita dan Raditya adalah pasangan yang serasi saatmereka berdiri bersebelahan.

Setelah sesi perkenalan, semua orang kemudian pergi ke tuang makan. Hidangan yang disajikanmalam ini luar biasa mewah, dan Anita duduk di sebelah ibunya sambil melihat para laki–laki salingbersulang. Wisnu merasa sangat bahagia hari ini sampai mengeluarkan semua anggurnya yang mahaldari lemari dan menempatkannya di atas meja. Raditya terlihat minum alkohol malam itu dan ada jugagelas anggur di depan

Eldy.

Saat itu, Anita berpikir, Seberapa kuat dia bisa minum alkohol? Saya tidak pernah melihat dia minumsebanyak ini.

Wajah Raditya tiba–tiba merona merah karena sedikit alkohol yang diminumnya. Setelah meminumdua gelas anggur, wajah tampannya sudah berkilau merah. Di bawah sinar lampu, wajahnyaseluruhnya merah, bahkan pada pelipis dan keningnya. Anita merasa jantungnya berdebar saatmelihatnya. Wajahnya yang mabuk entah mengapa terlihat menawan di matanya.

Sementara itu, Ani tahu seberapa kuat Eldy minum alkohol, dan mulai sedikit khawatir.

Di tengah–tengah makan malam, para lelaki masih menikmati minumannya sementara yang lebihmuda sudah lebih dahulu meninggalkan mang makan.

Kebiasaan Panji setelah pensiun adalah sesekali menikmati minuman. Maka, saat ini, dia tidak begitubanyak minum, justru sibuk berbincang dengan yang lain. Dia terus membangga–banggakan masalalunya dengan

Wisnu.

Raditya mengambil kesempatan ini lalu menarik tangan Anita untuk ke luar, mencari udara segar. Disaat yang sama, mereka berpapasan dengan Ani dan Eldy yang hendak keluar dan berjalan–jalanjuga. “Anita, Raditya, kami pergi dulu. Sampai berjumpa kembali.” Sapa Ani dengan ramah.

Saat itu, wajah Anita merona tetapi tidak menyangkal kata–kata Ani. Anita hanya menyaksikan mobilmereka melesat pergi.

Anita menemukan sesuatu yang menarik malam im. Dia langsung tahu dari cara Ani menatap Eldybahwa dia menyukai laki–laki itu. Saya berharap Ani juga menemukan kebahagiaannya.

bau alkohol tercium darinya dan Anita mendekatinya dan bertanya, “Apakah belakangan ini kamu adamisi? Jika tidak, ayo kita menikah!”

Raditya menunduk untuk menatap Anita, “Apakah kamu benar–benar ingin menikahi secepat itu?”

Anita menoleh dan mengangkat mata indahnya, “Bukankali kamu mau menikahi saya secepatmungkin?”

“Tentu saja saya mau,” jawabnya tanpa keraguan.

Sebagai tanggapan, Anita menyematkan senyum bahagia. “Kalau mau, bersegeralah.”

Mata Raditya sedikit mengilat dan berbicara dengan suara parau, “Anita, bisakah kamu memberi sayasedikit waktu lagi? Saya harus menyelesaikan satu hal terlebih dahulu.

“Apa itu? Berapa lama kamu akan menyelesaikannya?” mata Anita berkedip–kedip dan tiba–tibamerasa sedikit gelisah.

“Saya tidak bisa menceritakan secara rinci padamu, tetapi harus saya lakukan.” Tampak ketegasan dimata Raditya dan sepertinya ini masalah yang sangat penting baginya.

“Apakah masalah ini akan membahayakan hidupmu?” Anita seketika duduk tegak dan menatapnyadalam- dalam dengan matanya yang Indah, berusaha menangkap setiap ekspresi yang melintas diwajah Raditya.

Namun, Raditya tetap tenang dan relaks dan tersenyum tipis. “Tidak berbahaya, hanya sajamembutuhkan

waktu.”

Anita menangkupkan wajahnya lalu mengerucutkan bibirnya. “Jangan berbohong pada saya, oke?”

Tiba–tiba, matanya bergetar karena sesungguhnya dia memang sedang berbohong padanya. Seketikaitu, dia langsung menyorongkan tubuhnya dan menciumnya dengan penuh gairah demi menutupi

kepanikannya.

Saat itu, indera Anita mengencang. Kita sedang berada di rumah Kakek! Dia bahkan tidak merasaperlu untuk memandang acara saat itu dan berlaku secara pantas!

Namun, semakin Anita panik dan merasa inderanya mengencang, ciumannya terasa semakinmenggairahkan dirinya.

Untung saja, semua orang sedang berada di ruang makan, tidak ada yang memperhatikan kalaupasangan itu sedang bermesraan di bangku panjang di sudut taman.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report